Jipie Gallendra - Rizki Irawati Wael
banyak yang menganggap bahwa dengan menikah,kamu akan menghancurkan semua impian-impian masa kecilmu. memberatkan langkahmu untuk meraih jenjang karir tertinggi atau impian untuk menuntut ilmu hingga ke negeri Cina,,

well,me--personally won't think so:)
menikah memang butuh komitmen dan kemantapan hati yang luar biasa besar. karena dia adalah ikatan seumur hidup yang diucapkan langsung dihadapan Tuhan. Menikah berarti belajar menahan ego dan memahami kebiasaan pasangan kita. Menikah memang menuntut kita untuk lebih sabar dan lebih berpikiran luas. Tapi,tidak berarti menikah mematikan semua mimpi dan masa depan kita. Kuncinya hanya satu, temukan pasangan yang memiliki visi dan misi hidup yang sama. Itu akan membuat langkah menjadi ringan karena memiliki tujuan hidup yang sama.

Selain itu,jauh hari sebelum pernikahan katakan apa yang kita inginkan kepada pasangan setelah menikah. Seperti apakah kita akan langsung mengkredit rumah, atau cukup tinggal di kontrakan atau kos-kosan. Apakah kita akan langsung berencana untuk memiliki keturunan atau berpuas-puas hidup berdua dulu tanpa beban. Ini sangat penting,agar kelak ketika menikah kita tidak kaget ketika mengetahui keinginan pasangan ternyata berbeda dari keinginan kita. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah tanyakan pada pasangan sejauh mana kita(kaum wanita) boleh mengejar karir dan mengejar mimpi-mimpi kita. Apakah kita siap,jika pasangan kelak meminta kita untuk berhenti mengejar semua impian kita dan menjadi ibu rumah tangga yang baik.

Saya dan pasangan pun mencoba membahas beberapa hal tersebut seiring persiapan kami menuju pernikahan. saya pun sudah meminta izinnya terlebih dahulu bahwa saya tetap ingin bekerja, berkarir, dan melanjutkan sekolah ke jenjang pascasarjana.. saya juga mengatakan bahwa saya berencana untuk menunda keturunan terlebih dahulu (jika Allah berkenan) dan memanfaatkan tahun-tahun awal pernikahan kami untuk bersenang-senang:)
dan bahwa saya dan dia masih ingin memuaskan diri membeli beberapa barang yang sedikit mahal dan memuaskan nafsu darah muda kami.. hehehe.. *yang penting kan udh halal,amiiiiiiin..

The point is, kami menyadari bahwa kami berdua menikah disaat usia yang masih cukup muda.. (I'm 24,and he's 26) dan menurut kami,umur kami berdua adalah umur untuk bersenang-senang dahuulu.. daripada ketika setelah menikah kami harus langsung hidup dengan beban,nanti bandelnya malah belakangan kan repoot..
Jadiii,mending bandelnya sekarang2 dulu ajaa.. heheh.. Ntar kalo udh rada tuuir,baru deeh kaleman dikit..

Jadi,menikah-in my point of view-- bukanlah hal yang menakutkan,tidak berarti dengan menikah saya harus jadi istri yang langsung bisa masak makanan-makanan lezat, menghabiskan waktu saya dengan menyetrika dan mencuci baju,menyapu,mengepel. No not at all. Indeed, dengan menikah saya justru punya teman hidup yang akan selalu berusaha membuat saya tersenyum. setidaknya,kami berdua sepakat bahwa kami akan tetap sering menonton di bioskop dan menikmati makan malam di kaki lima:)

See, menikah tidak begitu menakutkan kan?
1 Response

Posting Komentar